PERTAUBATAN ABDULLAH BlN MUBARAK
Abdullah bin Mubarak sedemikian tergila-gila kepada seorang gadis
dan membuat ia terus-menerus dalam kegundahan. Suatu malam di musim dingin ia
berdiri di bawah jendela kamar kekasihnya sampai pagi hari hanya karena ingin
melihat kekasihnya itu walau untuk sekilas saja. Salju turun sepanjang malam
itu. Ketika adzan Shubuh terdengar, ia masih mengira bahwa itu adalah adzan
untuk shalat 'Isya. Sewaktu fajar menyingsing, barulah ia sadar betapa ia
sedemikian terlena dalam merindukan kekasihnya itu. "Wahai putera
Mubarak yang tak tahu malu!". Katanya kepada dirinya sendiri. "Di
malam yang indah seperti ini engkau dapat tegak terpaku sampai pagi hari karena
hasrat pribadimu. tetapi apabila seorang imam shalat membaca surah yang panjang
engkau menjadi sangat gelisah."
Sejak saat itu hatinya sangat gundah. Kemudian ia bertaubat dan
menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah. Sedemikian sempurna
kebaktiannya kepada Allah sehingga pada suatu hari ketika ibunya memasuki
taman, ia lihat anaknya tertidur di bawah rumpun mawar sementara seekor ular
dengan bunga narkisus di mulutnya mengusir lalat yang hendak
mengusiknya.
Setelah bertaubat itu Abdullah bin Mubarak meninggalkan kota Merv
untuk beberapa lama menetap di Baghdad. Di kota inilah ia bergaul dengan
tokoh-tokoh sufi. Dari Baghdad ia pergi ke Mekkah kemudian ke Merv. Penduduk
Merv menyambut kedatangannya dengan hangat. Mereka kemudian mengorganisir
kelas-kelas dan kelompok-kelompok studi. Pada masa itu sebagian penduduk
beraliran Sunnah sedang sebagiannya lagi beraliran fiqh. Itulah sebabnya
mengapa Abdullah disebut sebagai toko yang dapat diterima oleh kedua aliran
itu. Ia mempunyai hubungan baik dengan kedua aliran tersebut dan masing-masing aliran
itu mengakuinya sebagai anggota sendiri. Di kota Merv, Abdullah mendirikan dua
buah sekolah tinggi, yang satu untuk golongan Sunnah dan satu lagi untuk
golongan Fiqh. Kemudian ia berangkat ke Hijaz dan untuk kedua kalinya menetap
di Mekkah.
Di kota ini ia mengisi tahun-tahun kehidupannya secara
berselang-selang. Tahun pertama ia menunaikan ibadah haji dan pada tahun kedua
ia pergi berperang, tahun ketiga ia berdagang. Keuntungan dari perdagangannya
itu dibagikannya kepada para pengikutnya. la biasa membagi-bagikan kurma kepada
orang-orang miskin kemudian menghitung biji buah kurma yang mereka makan, dan
memberikan hadiah satu dirham untuk setiap biji kepada siapa di antara mereka
yang paling banyak memakannya.
Abdullah sangat teliti dalam kesalehannya. Suatu ketika ia mampir
di sebuah warung kemudian pergi shalat. Sementara itu kudanya yang berharga
mahal menerobos ke dalam sebuah ladang gandum. Kuda itu lalu ditinggalkannya
dan meneruskan perjalanan-nya dengan berjalan kaki. Mengenai hal ini Abdullah berkata:
"Kudaku itu telah mengganyang gandum-gandum yang ada pemiliknya".
Pada peristiwa lain, Abdullah melakukan perjalanan dari Merv ke Damaskus untuk
mengembalikan sebuah pena yang dipinjamnya dan lupa mengembalikannya.
Suatu hari Abdullah melalui suatu tempat. Orang-orang mengatakan
kepada seorang buta yang ada di situ bahwa Abdullah sedang melewati tempat itu.
"Mintalah kepadanya segala sesuatu yang engkau butuhkan!"
"Abdullah berhentilah!", orang buta itu berseru. Abdullah lalu
berhenti. " Doakanlah kepada Allah untuk mengembalikan penglihatanku
ini!", ia memohon kepada Abdullah. Abdullah menundukkan kepala lalu
berdoa. Seketika itu juga orang buta itu dapat melihat kembali.
Komentar
Posting Komentar